Pages

Kamis, 02 Desember 2010

Cara Menciptakan Komunikasi Terbuka Antara Orang Tua dan Anak

Suatu hari saya pernah bertanya kepada murid saya mengenai makanan kesukaan orang tuanya. Murid saya, sebut X, tidak mengetahui makanan kesukaan orang tuanya. Kemudian di lain waktu, saat saya berbincang dengan kedua orang tuanya, saya bertanya mengenai makanan kesukaan X.  Mereka dapat memberikan jawaban dengan tepat dan benar.

Kejadian di atas tampaknya sangat sederhana. Namun, hal yang menjadi pertanyaan adalah seberapa jauhkah kita sebagai orang tua dan anak mau menyediakan diri untuk berpartisipasi dalam komunikasi terbuka? Apakah sebagian dari kita lebih sering memilih untuk "tidak perlu" memberi informasi kepada anak?  Namun menuntut anak untuk memberi informasi mengenai banyak hal. Begitu juga dengan pihak anak kepada orang tua. Apakah anak merasa tidak perlu memberi informasi atau kabar kepada orang tua mengenai kejadian sehari-hari atau justru sebaliknya, pihak orang tua dan anak bersedia untuk merasa perlu memberi dan menerima informasi sehingga tercipta komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak. Kemudian, komunikasi terbuka menjadi suatu kebutuhan bagi kedua belah pihak.

Joe Luft dan Harry Ingham melukiskan diri kita ibarat sebuah ruangan yang memiliki empat daerah. Daerah pertama, daerah terbuka, daerah ini berisi hal-hal yang kita ketahui dan diketahui oleh orang lain. Daerah buta adalah hal-hal yang kita tidak tahu tetapi diketahui juga oleh orang lain. Daerah tersembunyi adalah kita dan orang lain tidak tahu (Jhonson, 1981 dalam Supratiknya, 1995). Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam interaksi antara anak dengan orang tua. Orang tua perlu memperluas daerah terbuka serta mengurangi daerah tersembunyi. Semakin orang tua membuka diri kepada anak, orang tua mengurangi daerah buta dan daerah tersembunyi. Artinya, anak menjadi tahu apa yang ada di benak pikiran dan perasaan orang tua.           

Daerah buta antara orang tua terhadap anak dapat diminimalkan dengan cara orang tua dapat meminta pendapat anak mengenai pandangan anak terhadap diri orang tua. Misalnya orang tua merasa dirinya tidak otoriter, namun pada pelaksanaan sehari-hari, orang tua jarang memberikan pilihan kepada anak. Saat anak tumbuh dewasa, ia protes kepada orang tua bahwa mereka otoriter. Dari kisah situasi tersebut, kita mendapat gambaran bahwa orang tua tidak tahu mengenai dirinya, namun anak mengetahui tentang beberapa hal pada diri orang tua.            

Begitu juga sebaliknya, pada daerah buta antara anak terhadap orang tua. Mungkin anak tidak mengetahui beberapa hal mengenai dirinya, namun orang tua mengetahui. Misalnya anak tidak menyadari bahwa dirinya mudah marah saat keadaan lelah. Orang tua dapat memberi informasi kepada anak bahwa dalam keadaan lelah, anak mudah marah sehingga perlu ditemukan sebuah cara bagaimana agar anak tidak mudah marah saat keadaan lelah. Apakah dengan mengurangi jadwal kegiatan sehari-hari atau dengan mengambil waktu sejenak untuk beristirahat atau cara yang lain.

Daerah tersembunyi antara orang tua dengan anak dapat diminimalkan dengan cara berdiskusi dengan pihak ketiga. Misalnya orang tua dengan anak tidak menyadari mengapa selama ini, masing-masing pihak berlomba membangun "benteng" menutup diri. Apakah karena orang tua belum tepat dalam memulai tema pembicaraan? Atau Apakah anak tidak menyukai gaya bertanya orang tua yang seolah mengintimidasi? Atau alasan lainnya?

Pihak ketiga ini adalah anggota keluarga yang cukup mengenal karakteristik orang tua dengan anak, profesional seperti konselor atau psikolog atau guru, orang yang dapat dipercaya atau orang tua yang berpengalaman dalam berkeluarga, guru spiritual kita. Orang tua dan anak dapat belajar untuk mulai memperluas daerah terbuka dengan mengangkat tema dialog sehari-hari. Seperti makanan yang disukai dan tidak, minuman yang disukai dan tidak, suasana liburan yang disukai dan tidak, serta tema pembicaraan yang sederhana lainnya. Pada akhirnya, menciptakan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua adalah keputusan yang sifatnya sangat pribadi dari kedua belah pihak. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar